anak kecil aja tau BOS

28 April 2009 pada 14:21 (Uncategorized)

PROGRAM BOS DIMATA ANAK

Petang itu saya sedang menonton televisi bersama anak-anak. Saat jeda, menayangkan iklan “sekolah gratis” versi rame yang nyanyi-nyanyi sambil joged yang menggambarkan sukaria rakyat dari berbagai lapisan umur dan ekonomi.

Nabillah, yang kini duduk di kelas 3 SD tiba-tiba nyeletuk. “Aku tahu pah, BOS itu apa”. Saya menimpali dengan ringan “Apa menurut mbak bilah ?” Dia pun menjawab; “BOS itu, supaya bikin anak-anak indonesia pinter. Nanti kalo negara ini rubuh, jadinya dibelain sama anak-anak, karena kan mereka sudah pinter-pinter”

Terperangah, geli dan terharu saya mendengar argumennya. Sederhana sekali dengan bahasa anak-anak, tetapi terasa dalam.

Kebetulan saya cukup banyak memperhatikan kebijakan pemerintah tentang BOS dari berbagai media baik koran, televisi, radiao dan internet. Karena golongan ekonomi seperti saya sangat mengharapkan sekali terealisasinya dengan baik wujud sekolah gratis yang benar-benar gratis tanpa embel-embel.

Satu sisi dari pemerintah, terkesan program ini hanya dijadikan komoditas politik yang sangat laku dijual ke publik terutama dimasa kampanye baik legis latif, pilpres maupun pilkada. Karena tarik ulurnya membingungkan masyarakat.

Sisi yang lain, sementara di media sudah diumumkan gratis tetapi di sekolah-sekolah pelaksanaannya banyak kerancuan atau terkesan dirancukan untuk menambah keuntungan yang lain untuk pihak tertentu di sekolah. Dengan alasan siswa digratiskan maka biaya operasional sekolah tidak mencukupi sehingga diselenggarakan pungutan-pungutan yang lain. Atau dengan alasan dana BOS belum turun maka siswa tetap diminta membayar, lalu setelah dana BOS turun kelebihannya dikemanakan?

Kembali ke ucapan anak kecil di atas, idealis sekali, mulia sekali dan sangat selaras dengan yang tertulis dalam Undang-Undang Dasar negara kita yang pastinya sangat dipahami oleh penyelenggara negara maupun penyelenggara sekolah karena mereka adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi bahkan sangat tinggi. Apa lagi jika dibandingkan dengan anak kecil yang baru duduk di bangku SD kelas 3.

Anakku, ayah terlalu lemah untuk ikut mewujudkan seperti apa yang kamu katakan. Semoga saja keberuntungan berpikah pada kita, sehingga mimpimu itu terwujud. Jika tidak, ayah berharap kamu dan generasimu akan kuat untuk mewujudkannya sendiri. Untuk generasi bangsa ini, yang cerdas dan mampu menyelamatkan bangsa dan negaranya jika ternyata rubuh seperti yang kamu katakan tadi.

Semoga anakku…